KNKT TEKANKAN TIDAK BISA LAGI MELAKUKAN KONSEP YANG LAMA
JAKARTA –
Dalam rangka koordinasi upaya perawatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
risiko yang akan terjadi akibat kemungkinan adanya kegagalan atau kerusakan
dari komponen-komponen yang vital terhadap keselamatan perjalanan kereta api,
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) mengenai
Upaya Peningkatan Keselamatan Melalui Manajemen Perawatan Sarana dan Prasarana
Perkeretaapian secara hybrid di
Jakarta pada 12 September 2022 bersama para pemangku kepentingan terkait.
Kegiatan
terdiri dari pemaparan materi dan diskusi tanya jawab, yang disampaikan oleh
Kepala Sub Komite Investigasi Kecelakaan Perkeretaapian, Suprapto, Direktur
Sarana Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Djarot Tri Wardhono Direktur
Pengelolaan Prasarana PT Kereta Api Indonesia (Persero), Heru Kuswanto,
Direktur Teknik PT Kereta Commuter Indonesia, Denny Haryanto, dan Kepala Divisi
Railway Maintenance PT MRT Jakarta (Perseroda), Mega Tarigan, dengan
dimoderatori oleh Koensabdono Inpasiarto selaku ahli perkeretaapian.
Mengingat
saat ini perkembangan perkeretaapian di Indonesia begitu pesat, namun yang
menjadi masalah dan perlu diperhatikan
adalah soal perawatan, bagaimana sarana dan prasarana dapat berjalan dengan
baik yang tentunya hanya bisa didapatkan melalui perawatan. Terutama masalah
prasarana yang cukup pelik karena menyangkut sosial aspeknya luar biasa, pentingnya
memikirkan bagaimana cara merancang sarana dan prasarana kereta api yg sesuai
dengan di Indonesia karena apa yang diterapkan di luar negeri belum tentu cocok
di Indonesia.
Sarana dan
prasarana menjadi poin penting yang menjamin keselamatan penumpang. Hal ini
membuat perawatan sarana dan prasarana harus dilakukan, meliputi fasilitas
(mesin), penggantian komponen atau spare-part
(material), biaya pemeliharaan, tata cara perawatan (metode), hingga pelaksana
kegiatan perawatan (sumber daya manusia).
Sejauh ini, KNKT mencatat beberapa permasalahan yang kerap terjadi pada moda perkeretaapian, salah satunya mengenai perawatan wesel (material) yang tidak sesuai prosedur, dengan adanya pelaksana kegiatan perawatan yang tidak memiliki sertifikat kompetensi sehingga mengakibatkan kondisi wesel rusak. KNKT menghimbau bahwa isu keselamatan ini perlu diperhatikan oleh para pelaku moda perkeretaapian. Dengan melakukan perawatan berkala, risiko kegagalan dan kerusakan bisa dicegah sehingga operasi tidak terganggu. Selain itu, umur pakai dari material bisa terjaga dan berdampak pada biaya perawatan.
“Kita harus
bisa lihat bahwa teknologi perawatan saat ini majunya luar biasa. Bagaimana
pemasangan komponen yang harus dipersiapkan dan dipikirkan sejak awal sebelum memulai
suatu desain, tidak bisa lagi kita melakukan perawatan dengan konsep yang
lama,” ungkap Soerjanto Tjahjono selaku ketua KNKT.
“Dan untuk
mengembangkan jenis kereta baru yang berbasis Reliability, Availability, Maintainability, and Safety (RAMS) ini tidaklah
mudah, sebelum kita menciptakan program perawatan maka kita harus melakukan
evaluasi terlebih dahulu karena untuk menentukan program perawatan pasti
berbeda-beda.” Soerjanto berharap agar ke depan perawatan perkeretaapian dapat
terjamin operasionalnya dengan tidak lupa memenuhi aspek keselamatan.