CATATAN KESELAMATAN KNKT PADA MODA LLAJ SELAMA ANGKUTAN LEBARAN 2025
JAKARTA – Ribuan kilometer jalan nasional, tol, dan jalur alternatif kembali menjadi sarana utama pergerakan masyarakat Indonesia dalam momentum tahunan Angkutan Lebaran 2025/1446 H. Moda Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) masih mendominasi pilihan pemudik. Namun di balik volume tinggi tersebut, KNKT mencatat sejumlah kejadian menonjol yang mencerminkan berbagai persoalan keselamatan yang belum terselesaikan secara sistemik. Salah satu kasus terjadi pada 21 Maret 2025 di ruas tol Semarang-Bawen KM 419, saat sebuah bus PO Haryanto terbakar. Walaupun tidak ada korban jiwa, namun insiden ini mengingatkan kembali pada pentingnya pemeriksaan teknis berkala, khususnya menjelang periode angkutan padat. Sehari setelahnya, dua kecelakaan terjadi hampir bersamaan di Tol Cipali dan perlintasan kereta Citangkil, Cilegon, masing-masing menimbulkan dua korban jiwa. Kasus-kasus ini mempertegas perlunya peningkatan pengawasan terhadap kendaraan angkutan dan perilaku berkendara di titik-titik kritis.
Dalam dua pekan terakhir masa arus mudik, KNKT mencatat pula insiden di Mojokerto pada 3 April 2025 yang menyebabkan 10 korban jiwa akibat longsoran lumpur dan pohon menimpa dua kendaraan di ruas jalan Cangar–Pacet. Kecelakaan tunggal lain terjadi di Maros, Sulawesi Selatan, saat mobil pikap terbalik dan menimbulkan sejumlah korban luka. Di jalanan kota besar, seperti flyover Pasupati Bandung, kecelakaan yang melibatkan kendaraan berkecepatan tinggi juga tidak luput dari catatan. Sementara itu, kemacetan panjang yang terjadi di jalur non-tol dan kawasan pasar tumpah turut menciptakan kelelahan akut (fatigue) pada pengemudi, yang secara tidak langsung meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas.
KNKT mencermati bahwa sejumlah penyebab kecelakaan dan kemacetan masih bersifat struktural dan berulang setiap tahunnya. Rest area dan gate tol kembali menjadi titik kepadatan yang tidak terelakkan, di mana kendaraan yang tidak dapat mengakses rest area akhirnya berhenti di bahu jalan tanpa pengamanan memadai. Sementara itu, pertemuan jalur tol dengan jalan kolektor atau perlintasan lampu lalu lintas di jalan nasional menimbulkan hambatan arus lalu lintas yang signifikan. Kondisi ini diperparah dengan pola lalu lintas musiman yang tidak sebanding dengan desain dasar infrastruktur yang ada.
Dalam menghadapi situasi tersebut, KNKT mendorong upaya mitigasi melalui kebijakan yang tidak hanya reaktif, namun juga terencana. Salah satu strategi yang diusulkan adalah perpanjangan masa angkutan lebaran guna menyebar arus mudik menjadi lebih landai. Intervensi tambahan dapat dilakukan melalui diskon tarif tol bagi pengguna yang melakukan perjalanan lebih awal, serta penguatan program mudik gratis dengan bus untuk menekan jumlah pengguna sepeda motor. Di sisi infrastruktur, KNKT menyarankan pemanfaatan rest area non-tol sebagai penyangga arus kendaraan dan penyediaan informasi yang memadai mengenai fasilitas yang tersedia. Pengaturan lalu lintas seperti flashing pada lampu simpang dan pengalihan arus juga perlu dioptimalkan untuk menjaga kelancaran pergerakan kendaraan di luar tol.
Untuk mendukung keselamatan pengguna jalan selama pemberlakuan contra flow, KNKT merekomendasikan agar lebar lajur dibatasi maksimal tiga meter untuk menekan kecepatan dan menjaga kestabilan kendaraan. Konfigurasi lajur yang terlalu lebar dapat mendorong pengemudi melaju di atas batas kecepatan yang diinginkan dan mempersulit pengawasan. Di terminal keberangkatan, evaluasi terhadap pelaksanaan ramp check kendaraan perlu diperkuat, termasuk penambahan prosedur pemeriksaan seperti uji keseimbangan (Romberg test) pada pengemudi serta penyediaan ruang istirahat khusus bagi mereka. Di Pelabuhan Merak, pelaksanaan delaying system dan pemanfaatan fasilitas Port Operation Control Center menjadi kunci dalam pengaturan kendaraan yang akan menyeberang, guna mencegah terjadinya penumpukan di kantong-kantong parkir.
Evaluasi KNKT terhadap moda LLAJ selama Angkutan Lebaran 2025 menunjukkan bahwa tantangan terbesar bukan sekadar pada volume kendaraan yang meningkat, tetapi pada ketahanan sistem transportasi darat yang belum bertransformasi mengikuti pola pergerakan masyarakat modern. Penyelesaian jangka panjang tidak cukup dilakukan di hulu pelayanan saja, tetapi memerlukan kolaborasi lintas sektor mulai dari perencana infrastruktur, pengelola operasional jalan, hingga pemerintah daerah yang bertanggung jawab atas pasar tumpah dan simpul kemacetan lokal. KNKT berkomitmen untuk terus mendorong peningkatan keselamatan transportasi darat melalui pemantauan, evaluasi, dan rekomendasi yang berbasis data serta praktik terbaik di lapangan.